Lanskap Budaya Pacitan dan Korelasinya dengan Sebaran Hunian, Artefak, dan Bahan Baku di Kawasan Gunung Sewu
Keywords:
cultural landscape, pacitan, paleolithic, Gunung SewuAbstract
Abstract, Pacitan Cultural Landscape and Correlation with The Distribution of Occupation, Artifacts, and Raw Materials in The Gunung Sewu Area. The results of archaeological research in the Gunung Sewu area provide an overview of the cultural landscape of space and time. During the Pleistocene, paleolithic remains were scattered mainly in the Baksoko watershed, Pacitan, and the Oyo River watershed, Gunungkidul. Traces of the cultural heritage of the Gunung Sewu area that last hundreds of thousands of years show a shift in choosing a place to work. An area is selected for activities based on the availability of basic human needs, both food sources (flora-fauna) and raw materials for making equipment. The need for raw materials equipment is an essential factor in describing the cultural landscape map because the choice of location as an activity is reflected in the human mind at that time. Applying paleolithic technology to Pacitan culture and neolithic technology generally uses rock materials that are easy to flake and chip. Therefore, selecting rock material with high hardness (silica content) will determine its sharpness. To reconstruct the cultural landscape in Pacitan in the dimensions of space and time, this aims to explain based on the hypothesis that if a culture is created in a particular natural environment, then the activity will occupy a particular natural environment. The approach used is landscape archeology. Based on this, it can be reconstructed that there are differences in stone raw materials for tool making between the upstream and downstream areas of the river with different technologies. In addition, there was a shift in an occupation that was initially centered around rivers during the Pleistocene, then shifted to karst hills in caves or niches during the Early Holocene.
Abstrak. Hasil penelitian arkeologi di Kawasan Gunung Sewu memberikan gambaran lanskap budaya ruang dan waktu. Pada kala Pleistosen tersebar tinggalan paleolitik, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Baksoko, Kabupaten Pacitan dan DAS Kali Oyo, Kabupaten Gunungkidul hingga tinggalan neolitik kala Holosen di Ngrijangan lengkap ditemukan di kawasan Gunung Sewu. Jejak tinggalan budaya Kawasan Gunung Sewu tersebut berlangsung ratusan ribu tahun yang menunjukkan adanya pergeseran dalam memilih tempat mereka beraktivitas. Suatu daerah dipilih untuk beraktivitas didasarkan pada tersedianya kebutuhan pokok manusia, baik sumber makanan (flora-fauna) maupun bahan baku untuk pembuatan peralatan. Kebutuhan bahan baku untuk peralatan merupakan faktor penting dalam menggambarkan peta lanskap budaya karena pilihan lokasi untuk beraktivitas tecermin bagaimana alam pikiran manusia pada waktu itu. Penerapan teknologi paleolitik pada budaya Pacitanian dan teknologi neolitik umumnya memakai bahan batuan yang mudah diserpih dan dipangkas. Oleh karena itu, pilihan material batuan dengan kekerasan tinggi (kandungan silikaan) sangat menentukan ketajamannya. Untuk merekonstruksi lanskap budaya di Pacitan dalam dimensi ruang dan waktu ini bertujuan menjelaskan yang didasarkan suatu hipotesis apabila suatu budaya tercipta pada lingkungan alam tertentu, Dengan demikian, suatu aktivitas akan menempati lingkungan alam tertentu. Pendekatan yang digunakan adalah arkeologi lanskap. Berdasarkan hal tersebut, dapat direkonstruksi adanya perbedaan bahan baku batu untuk pembuatan alat antara daerah hulu dengan ilir sungai dengan teknologi yang berbeda. Selain itu, terjadi pergeseran hunian, pada awalnya berpusat di sekitar sungai pada masa Pleistosen, kemudian bergeser ke perbukitan karst di gua atau ceruk pada awal Holosen.
References
Bartstra, Gert-jan. 1976. "Contributions to the Study of the Palaeolithic Patjitan Culture Java, Indonesia". in Contributions to the Study of the Palaeolithic Patjitan Culture Java, Indonesia. Brill; First Edition (January 1, 1976).
Crumley, Carole, and William Marquardt. 1990. “Landscape : A Unifying Concept in Regional Analysis”. In Interpreting Space: GIS and Archaeology, edited by Kathleen M. S. Allen, Stanton W. Green, and Ezra B. W. Zubrow, 73–79. London: Taylor & Francis.
Hallinan, Emily Sarah. 2013. “Stone Age Landscape Use in the Olifants River Valley, Western Cape”. Thesis / Dissertation University of Cape Town. http://hdl.handle.net/11427/6605.
Heekeren, H.R. van. 1955. “New Investigations on the Lower Palaoelithic Pacitan Culture in Java”. in Bulletin of the Archaeological Service of the Republic of Indonesia 1: 1–28.
———. 1957. The Stone Age of Indonesia. The Stone Age of Indonesia. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. https://doi.org/10.26530/OAPEN_613384.
Hidayat, Muhammad. 1999. “LPA Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Sumberdaya Alam Kawasan Pegunungan Selatan Jawa Pada Masa Prasejarah”. Yogyakarta: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hirst, K. Kris. 2020a. “Acheulean Handaxe: Definition and History”. ThoughtCo, Aug. 25, 2020, Thoughtco.Com/Acheulean-Handaxe-First-Tool-171238. 2020.
———. 2020b. “Levallois Technique - Middle Paleolithic Stone Tool Working”. ThoughtCo, Aug. 26, 2020, Thoughtco.Com/Levallois-Technique-Stone-Tool-Working-171528. 2020.
Koenigswald, G.H.R. von. 1936. “Early Palaeolithic Stone Implements from Java”. in Bulletin Raffles Museum Singapore I: 52–60.
Movius, H L. 1949. The Lower Palaeolithic Cultures of Southern and Eastern Asia. American Philosophical Society. Transactions, n.S. American Philosophical Society.
Nurani, Indah Asikin. 2017. “Sistem Setting Okupasi Manusia Kala Pleistosen - Awal Holosen Di Kawasan Gunungkidul”. dalam Naditirawidya 11: 1–16.
Nurani, Indah Asikin, and Agus Tri Hascaryo. 2016. “LPA Strategi Adaptasi Manusia dengan Lingkungan Kawasan Pegunungan Selatan Kala Pleistosen – Holosen di Kabupaten Gunungkidul”. Yogyakarta: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nurani, Indah Asikin, Yahdi Zaim, and Hari Wibowo. 2020. Pola Keruangan Okupasi Manusia Pada Kala Plestosen - Holosen Di DAS Kali Oyo, Gunungkidul Dan DAS Kali Baksoko, Pacitan. Edited by Daud Aris Tanudirjo. Yogyakarta: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Simanjuntak, Truman. 2000. “Wacana Budaya Manusia Purba”. dalam Amerta 20 (February): 1–17. https://doi.org/10.24832/amt.v20i1.1-17.
Simanjuntak, Truman, Retno Handini, and Bagyo Prasetyo. 2004. Prasejarah Gunung Sewu. Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
Simanjuntak, Truman, François Sémah, and Claire Gaillard. 2010. “The Palaeolithic in Indonesia: Nature and Chronology”. in Quaternary International 223–224 (September): 418–21. https://doi.org/10.1016/j.quaint.2009.07.022.
Simanjuntak, Truman, Harry Widianto, and Budianto Toha. 1998. BPA Penelitian Situs Sangiran : Eksistensi Artefak Pada Awal Kala Plestosen Tengah Dan Stratigrafi Endapan Teras Di Atas Seri Kabuh Dan Seri Notopuro. Yogyakarta: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Soejono, R.P. 2000. “Tinjauan tentang Pengkerangkaan Prasejarah Indonesia”. dalam Aspek-Aspek Arkeologi Indonesia 5: 1–33.
Tanudirjo, Daud Aris. 1991. “Some Behavioral Aspects of Bomo Teleng Stone Adze Workshop Site in East Jawa”. thesis Australian National University.
———. 2014. “Archaeologies Not Only Archaeology”. in EHPA Intern Balar Yogyakarta. Yogyakarta.
———. 2017. “Arkeologi Lanskap”. dalam EHPA Intern Balar Yogyakarta. Yogyakarta.
———. 2020. Prolog: Pola Keruangan Okupasi Manusia Pada Kala Plestosen - Holosen di DAS Kali Oyo, Gunungkidul Dan DAS Kali Baksoko, Pacitan. Edited by Daud Aris Tanudirjo. Yogyakarta: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Published
How to Cite
Issue
Section

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.