MEGALITIK GUNUNG SROBU DALAM KONTEKS BUDAYA MELANESIA
Keywords:
Gunung Srobu, Megalithic, Melanesian, diffusion, paleometallicAbstract
Abstract. Megalithic Of Gunung Srobu In Melanesian Cultural Context. Megalithic is one of the cultural elements that is discovered worldwide, and it is often used as evidence for cultural hyperdiffusion theory. Such a cultural element is also present in the Melanesian region. However, there is still debate among scholars as to where it comes from and when it was introduced to this area. In this context, the recently excavated megalithic site in Gunung Srobu in Youtefa Bay, Jayapura, Papua may shed light on this matter. This paper is intended to describe the megalithic findings of Gunung Srobu and then compare them with other megalithic findings in several sites in the Melanesian region. The comparative study aims to find out the similarities and differences between Gunung Srobu megalithic and the other Melanesian megalithic as well as to know the position of Gunung Srobu in the Melanesian regional. The method used includes surveys, excavations, and literature studies. The result shows that Gunung Srobu is a very complex megalithic site in the region with very varied shapes and types. The date from around the 4th Century AD put Gunung Srobu as the oldest megalithic site in the region which is likely to occupy a central position in the megalithic distribution in the Melanesian Region.
Abstrak. Megalitik merupakan salah satu unsur budaya yang ditemukan sangat luas di dunia dan sering menjadi bukti bagi teori hiperdifusi. Unsur budaya megalitik juga ditemukan di kawasan Melanesia. Namun, banyak ahli masih memperdebatkan asal-usul dan waktu persebarannya. Dalam konteks ini, temuan megalitik yang baru-baru ini ditemukan dalam penggalian di situs Gunung Srobu, Teluk Youtefa, Papua, mungkin dapat menjelaskan masalah ini. Tulisan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan temuan megalitik di Gunung Srobu dan membandingkannya dengan temuan megalitik di beberapa situs lainnya di kawasan Melanesia. Tujuannya adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan unsur megalitik antara yang ada di Gunung Srobu dan di situs Melanesia lainnya, serta mengetahui kedudukan megalitik Gunung Srobu di kawasan Melanesia. Metode yang digunakan mencakup survei, ekskavasi, dan studi pustaka. Hasilnya menunjukkan bahwa Gunung Srobu merupakan situs megalitik yang sangat kompleks di kawasan itu dengan bentuk dan jenis yang sangat bervariasi. Pertanggalan yang berasal dari sekitar abad ke-4 M menempatkannya sebagai megalitik tertua yang kemungkinan menempati posisi sentral dalam persebaran megalitik di kawasan Melanesia.
References
Bedford, S. 2006. “Pieces of the Vanuatu Puzzle: Archaeology of the North, South and Centre”. In Terra Australis 23, 64–67. ANU Press. Canberra.
Bedford, S. 2019. “The Complexity of Monumentaly in Melanesia: Mixed Message from Vanuatu”. In Terra Autralis 51, edited by M dan J. Flexner edt.Lecrec, Canbera ANU Press. 67–80.
Bellwood, P. 1978. Man’s Conquest of the Pacific. William Collins. Auckland.
Bickler, S. dan B. Ivuyo. 2002. “Megaliths of Muyuw (Wooodlark Island), Milne Bay Province, PNG”. Archaeology in Oceania vol 37, no.1: 22 – 36.
Damon, F.H. 1979. “Woodlark Island Megalithic Structures and Trenches: Toward an Interpretation”. Archaeology and Physical Anthropology in Oceania Vol. XIV, No.3: 195 – 226.
Dietrich, L. et al. 2019. “Cereal Processing at Early Neolithic Go¨bekli Tepe, Southeastern Turkey”. In PLoS ONE 14 (5): 1 – 34.
Djami, E.N.I. 2015. “Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu”. Jurnal Arkeologi Papua Volume 7, No.2: 63–72.
Djami, Erlin Novita Idje. 2015. “Penelitian Kawasan Terpadu Situs Gunung Srobu Distrik Abepura - Kota Jayapura”. Laporan Penelitian Arkeologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua.
———. 2016a. “Mokat Ake: Budaya Megalitik di Situs Hitigima, Lembah Balim Selatan, Kabupaten Jayawijaya”. Jurnal Arkeologi Papua. vol 8 no.2: 11 – 19.
———. 2016b. “Ragam Bentuk Tinggalan Budaya Megalitik di Papua”. Jurnal Arkeologi Papua. Vol 8 no.1: 1 – 16.
———. 2016c. “Rekonstruksi Tinggalan Megalitik Situs Gunung Srobu Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura”. Laporan Penelitian Arkeologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua.
_______. 2017. “Pola Tata Ruang Situs Gunung Srobu, Kota Jayapura”. Laporan Penelitian Arkeologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua.
———. 2018. “Pola Tata Ruang Situs Gunung Srobu, Kota Jayapura”. Laporan Penelitian Arkeologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua.
Djami, Erlin Novita Iidje, Daud Aris Tanudirdjo, Phil Toetik Koesbardiati, Sonya Martha Kawer, Theodora Ngaderman, Adi Dian Setiawan, Hotlan Tamba Siagian, dan Amirsyam Bauw. 2019. “Akulturasi Budaya Austronesia – Australomelanesid di Situs Gunung Srobu”. Laporan Penelitian Arkeologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua.
Djami, Erlin Novita Idje dan Hari Suroto. 2017. “Makna Motif Lukisan Megalitik Tutari”. Jurnal Arkeologi Papua Vol. 9 No.1: 49 – 57.
Heyerdahl, T. 1960. Kon Tiki. Rand McNally.
———. 1971. Ra Expedition. George Allen and Unwin. London.
Maryone, R. 2014. “Megalitik dan Cerita Rakyat Suku Baham di Gua Sososraweru Fak-Fak”. Jurnal Papua Vol. 6 Edisi no.2: 113 – 120.
Oppenheimer, S. 1998. Eden in the East. Phoenix Book.
Peneliti, Tim. 2014. “Eksplorasi Arkeologi di Situs Gunung Srobu, Kelurahan Abe Pantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura”. Laporan Penelitian Arkeologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua.
Perry, W.J. 1918. The Megalithic Culture of Indonesia. Manchester University Press.
Prasetyo, B. 2001. “Pola Tata Ruang dan Fungsi Situs Megalitik Tutari, Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura, Provinsi Irian Jaya”. Berita Penelitian Arkeologi no. 03.
———. 2015. Megalitik Fenomena yang Berkembang di Indonesia. Galang-Pers dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Riesenfeld, A. 1950. Megalithic Culture of Melanesia. E.J. Brill, Leiden.
Sheppard, P.J., R. Walter, dan T. Nagaoka. 2000. “The Archaeology of Head-Hunting in Roviana Lagoon, New Georgia”. Journal of the Polynesian Society 109 no.1: 9 – 38.
Simanjuntak, T. 1998. “Review of the Prehistory of Irian Jaya”. J. Miedema, C.Ode, & R.A.C. Dam (Eds). in Perspectives on the Bird’s Head of Irian Jaya, Indonesia, Amsterdam–Atlanta: Rodopi. 941–950.
Soejono, P.S. 1963. “Prehistori Irian Barat”. In Penduduk Irian Barat, edited by (eds. Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar), Jakarta: Penerbit Universitas. 39 – 54.
Steimer-Herbet, T. 2018. Indonesian Megalithic. Archaeopress.
Sudarman, D. 1984. Asmat, Menyingkap Budaya Suku Pedalaman Irian Jaya. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Sutaarga, M.A. 1963. “Orang Mimika”. In Penduduk Irian Barat, edited by (eds. Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar), Jakarta: Penerbit Universitas. 273 – 299.
Suyatni. 1963. “Orang Waropen”. In Penduduk Irian Barat, edited by (eds. Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar), Jakarta: Penerbit Universitas: 136 – 153.
Wright, D, T. Denham, D. Shine, and M. Donohue. 2013. “An Archaeological Review of Western New Guinea”. Journal of World Prehistory, 26: 25–73.
Published
How to Cite
Issue
Section

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.