Konsep Zonasi Pulau Penyengat: Sebuah Alternatif | AMERTA Amerta

Konsep Zonasi Pulau Penyengat: Sebuah Alternatif

Authors

  • Wiwin Djuwita S. Ramelan Universitas Indonesia
  • Osrifoel Oesman Universitas Indonesia
  • Gatot Ghautama
  • Supratikno Rahardjo
  • Prio Widiono
DOI     10.24832/amt.v35i1.237

Keywords:

cultural heritage, zoning, siginificance values, Pulau Penyengat

Abstract

Abstract. Zoning Concept of Pulau Penyengat: An Alternative. Pulau Penyengat in the Province of Riau Islands could considered as the only region that has an intact cultural heritage buildings with Malay colour characteristic. Pulau Penyengat is an island of 3.5 km². There are dozens of buildings and structures whose functions can still be identified and there are at least 16 which are still intact but neglected. The existence of these remains convinced us that the center of Malay culture is in Riau region. This study is to discuss the concept of zoning at each sites in Pulau Penyengat that can be used as reference when the island is designated as heritage area. Important values embodied in the cultural heritage is also studied. This multidisciplinary study uses qualitative approach. Data is obtained through field observation, identification of cultural heritage, indepth-interviews, focused group discussion (FGD), and zoning delineation for each site. The data is analyzed through architectural, historical, cultural, development zoning, and law analysis. The result of this study is concept of zoning for all sites in the region of Pulau Penyengat.

 

 

Pulau Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau dapat dikatakan satu-satunya wilayah yang memiliki peninggalan budaya bangunan yang masih utuh dengan ciri warna kemelayuan. Pulau Penyengat berupa pulau seluas 3,5 km². Di dalamnya terdapat puluhan bangunan dan struktur yang masih dapat diidentifikasikan fungsinya dan sekurang-kurangnya ada 16 yang masih utuh meskipun tidak terurus. Keberadaan peninggalan tersebut itulah yang meyakinkan kita bahwa kebudayaan Melayu berpusat di wilayah Riau. Studi ini berkenaan dengan pembahasan konsep zonasi pada masing-masing situs di Pulau Penyengat yang dapat dijadikan acuan apabila ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Selain itu, digali nilai-nilai penting yang terkandung pada warisan budayanya. Dalam studi multidisiplin ini digunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui observasi lapangan, identifikasi cagar budaya, indepth-interviewfocused group discussion (FGD), dan delineasi untuk zonasi setiap situs. Data tersebut dikaji melalui analisis arsitektural, sejarah, budaya, pengembangan zonasi, dan hukum. Studi ini menghasilkan sebuah konsep zonasi semua situs di Kawasan Pulau Penyengat.

Author Biography

Wiwin Djuwita S. Ramelan, Universitas Indonesia

Dosen Arkeologi dan Manajemen Sumber Daya Arkeologi, Universitas Indonesia

References

Darvill, T., 1995. “Value systems in archaeology”. Dalam Cooper, Carman, dkk. Managing Archaeology. New York: Routledge TJ Press Ltd.

Sedyawati, E. 2003. Warisan budaya intangible yang tersisa dalam yang tangible. Ceramah Ilmiah Arkeologi disampaikan pada tanggal 18 Desember 2003 di Fak. Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Depok.

Haryanto, R. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Memelihara Benda Cagar Budaya di Pulau Penyengat Sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya Melayu. Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Semarang.

Maulana, M. 2015. Perubahan Perilaku Pada Masyarakat Pulau Penyengat. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.

Pearson, M dan Sharon Sullivan. 1995. Looking after heritage places: the basics of heritage planning for managers, landowners and administrators. Carlton, Vic.: Melbourne University Press.

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang Tahun 2014–2034.

Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Badan Pengelola Kawasan Budaya Pulau Penyengat Provinsi Kepulauan Riau.

Ramelan, W.D.S dkk. 2015. Kajian perencanaan pelestarian pada masing-masing zona di Kawasan Cagar Budaya Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

Sanyi, A.. 2014. “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang”. JOM FISIP Volume 1 No. 2 Oktober 2014.

Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM. 9/PW. 007/MKP03 04/03/2003 tentang Penetapan Benda Cagar Budaya.

Published

2017-08-21

How to Cite

Ramelan, Wiwin Djuwita S., Osrifoel Oesman, Gatot Ghautama, Supratikno Rahardjo, and Prio Widiono. 2017. “Konsep Zonasi Pulau Penyengat: Sebuah Alternatif”. AMERTA 35 (1):61-74. https://doi.org/10.24832/amt.v35i1.237.

Issue

Section

Articles